Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   

About Me

My photo
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
HP/WA : 085800000608

Total Pageviews

Makalah Dampak Tayangan Televisi Terhadap Anak


 



MAKALAH

DAMPAK TAYANGAN TELEVISI TERHADAP ANAK

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Media Pengajaran
Dosen Pengampu : Drs. Arif Efendi, MH









 Oleh :
ERNAWATI
NIM : 02.1062



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM
SURAKARTA
2016

 
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

       Media televisi merupakan salah satu media yang memiliki keunggulan tersendiri yang sedang marak digunakan oleh masyarakat. Sering dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia akan informasi semakin besar.
       Pada zaman sekarang, televisi merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasi secara cepat dan mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dari waktu bersamaan. Televisi dengan berbaga tayangan yang ditampilkan telah mampu menarik minat, dan membius pemirsa untuk menyaksikan berbagai tayangan-tayangan yang ditampilkan mulai dari infotaiment,entertaiment, iklan, hingga sinetron dan film yang sesungguhnya tidak layak ditampilkan.
        Kehadiran televisi sesungguhnya memang mampu menayangkan tayangan-tayangan yang begitu menarik karena telah ditambahi dengan aksesoris-aksesoris, sehingga tanpa didasari mereka sangat mengagumi beberapa acara-acara yang ditayangkan di televisi dan mampu mengubah mereka sedikit demi sedikit.Tayangan-tayangan di televisi juga dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negative.

B.    Perumusan Masalah
        Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah:   apa dampak tayangan televisi terhadap anak ?

 
BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Televisi


        Dalam bahasa Inggris televisi ini disebut dengan television, istilah television berasal dari perkataan Yunani tele: far, of, jauh. Ditambah dengan vision yang berasal dari bahasa latin vision, yang artinya to see, melihat jadi arti secara harfiah melihat jauh. Namun arti secara global adalah sebuah alat media informasi yang audiovisual satu arah.Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom (“hitam putih”) maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara. “Televisi” juga dapat diartikan sebagai kotak televisi, rangkaian televisi atau pancaran televisi. Kata “televisi” merupakan gabungan dari kata tele ( “jauh”) dari bahasa Yunani dan visio (“penglihatan”) dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
        Kotak televisi yang pertama dijual pada akhir tahun 1930-an sudah menjadi salah satu alat penerima komunikasi utama dalam rumah, perdagangan dan institusi, khususnya sebagai sumber hiburan dan berita. Sejak 1970-an, kemunculan Video tape, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk menayangkan hasil rekaman.
        Walaupun terdapat pula kegunaan televisi yang lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun kegunaan yang paling utama adalah penyiaran televisi yang menyamai sistem penyiaran radio ketika dibangun pada tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkuasa tinggi untuk menyiarkan gelombang televisi ke penerima TV. Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui pancaran radio dalam saluran-saluran yang ditetapkan.

B.    Dampak Tayangan Televisi Terhadap Anak
  1. Dampak Negatif dan Positif Tayangan Televisi
a.    Dampak Negatif
1)    Menghambat anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan
2)    Meningkatkan agresifitas, jika anak kecil belum mampu membedakan dunia yang dilihat di TV dengan kenyataan yang sebenarnya. Dan belum dapat mengenal dan mengetahui apakah itu akting, efek, ataupun tipuan kamera.
3)    Melukai dan merusak peradaban kita, karena saat ini banyak tayangan televisi yang sudah kehilangan fungsinya, yang seharusnya memberi hiburan malah menjadi pusat komersial yang nomer satu.
4)    Menyita banyak waktu berharga kita
5)    Mempengarui cara berinteraksi dengan keluarga.
6)    Berperilakukonsumtif karena rayuan iklan-iklan
7)    Mengurangi kreatifitas, dan  bersosialisasi
8)    Menjadi pelarian dari setiap kejenuhan yang dialami.
9)    Menngkatkan kemungkinan obesitas ( kegemukan )
10)    Matang secara seksual lebih cepat, karena banyak tayangan televisi adegan seks yang sering ditampilkan, di tambah rasa ingin tahu pada anak.
11)    Bertambahnya kosa kata, adapun bahasa dan umpatan yang tidak disensor dan ditirukan oleh anak.
12)    Fisik dan mental menjadi terganggu, karena terlalu banyak menonton TV akan mengganggu otot matapada anak.
13)    Melumpuhkan kemampuan berfikir kritis, dan terutama sekali kecerdasan spesial pada otak sebelah kanan.
14)    Benih kekerasan di tampilkan dengan sangat relistis. Tayangan semacaminilah yang berpotensi untuk membuat anak meniru aksi-aksi kekerasan yangdilihatnya di TV
Menurut Isworo (19) salah satu mahasiswi IAIN mengungkapkan bahwa “Untuk saat ini banyak negtatif nya karena sinetron banyak mendominasi channel televisi. Saat ini pengetahuan yang di tayangkan di televisi sangat lah minim sekali, 90% tayangan di televisi adalah hiburan. Berita yang di tayangkan pun juga tidak bisa nertal yang memihak salah satu pihak.”

b.    Dampak Positif
1)    Membantu memahami dunia sekitar
Banyak acara televisi yang dapat membantu kita dalam memenuhi rasa keinginan anak. Acara yang terkait dengan lingkungan sekitar flora dan fauna sangat membantu mengetahui perilaku hewan dan tumbuhan. Anak akan banyak mengetahui jenis hewan atau tumbuhan yang bisa jadi tidak pernah ditemui di lingkungan sekitar anak tinggal.
2)    Membantu proses belajar baca tulis
Dengan bekal huruf yang baru dikenalnya dari tayangan televisi membuat anak tertarik untuk lebih mengenal huruf lainnya.
3)    Memperluas wawasan
TV juga bisa disebut sebagai “ Jendela Dunia” . Melalui TV anak dapat mempelajari berbagai budaya dari berbagai belahan dunia lain. TV membuat dunia seolah tidak bulat alias datar untuk mengetahui keadaan, budaya, lingkungan dan berbagai aktifitas lain cukup dengan menekan tombol remot TV. Peran orang tua diperlukan untuk memberi penjelasan terkait budaya yang tidak sesuai dengan norma sosial dan norma agama di Indonesia.
4)    Memperkaya pengalaman hidup
Melihatkan acara TV yang mendidik, seperti orang pinggiran.Ini sangat baik untuk melatih anak memiliki rasa empati dan simpati terhadap orang-orang yang kurang beruntung.Tayangan televisi memungkingkan anak untuk mengalami berbagai hal tanpa harus merasakannya sendiri. Mereka bahkan      dapat merasakan penderitaan orang lain di layar televisi.
5)    Menunjang pelajaran sekolah dan pengetahuan umum
Bagi anda yang mempunyai putra-putri yang masih duduk di bangku SMP atau SMA, coba sesekali diajak untuk menjenguk stasiun TVRI. Pada jam-jam tertentu terutama siang hari stasiun tersebut menayangkan materi pelajaran di sekolah, khususnya menjelang Ujian.Jika disimak acara tersebut sangat membantu siswa dalam menghadapi Ujian Nasional, karena materi yang disampaikan sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan UN. Sayang pada jam tersebut tampaknya acara tersebut kalah pamor dengan acara gosip atau sinetron korea. Jika pandai memilih sebenarnya terdapat beberapa acara televisi dapat berfungsi sebagai penunjang dan pengayaan bagi pengetahuan yang ada di kelas.Trans7 nampaknya salah satu stasiun yang konsen terdapat kebutuhan tersebut. Tengok saja acara Laptop Si Unyil, Jejak Petualang, Si Bolang, Jejak Si Gundul, Brownies, dan lain-lain.

2.    Manfaat Tayangan Televisi
Manfaat yang diperoleh dari menonton televisi adalah seseorang dapat memperoleh informasi aktual dimanapun secara cepat dan jelas.Selain itu, televisi juga mempermudahsuatu perusahaan atau badan usaha untuk mempromosikan produk-produknya.Televisi juga dapat memberikan hiburan, pendidikan, dan memberikan banyak pengetahuan baru yang sebelumnya kita tahu manjadi tahu.

3.    Ciri-ciri Tayangan Televisi yang Tidak Layak Ditonton

a.    Bercerita tentang seseorang yang penuh penderitaan lahir dan batin,
b.    Semakin tokohnya menderita penuh tangisan semakin bagus,
c.    Tokoh yang antagonis yang berakting terlalu sadis, berlebihan, dan tidak wajar selayaknya penjahat normal,
d.    Biasanya bahagia diakhir cerita ( happy ending )
e.    Tokoh utama dipilih ganteng dan cantik saja,
f.    Tidak sesuai dengan realita kehidupan kita sehari-hari,
g.    Kurang isi pesan atau makna positif yang terkandung dibalik cerita.
    Menurut Rini (43) menuturkan bahwa “sinetron saat ini tidak layak di tonton untuk kalangan anak-anak karena banyak mengandung unsur percintaan yang sangat tidak baik untuk di contoh, solusinya agar tayangan  sinetron yang mengandung unsur-unsur percintaan di ganti jam tayang atau di ganti program yang lebih mendidik”.

4.    Ciri-ciri  Tayangan Televisi yang Layak Ditonton
a.    Menyunguhkan tampilan yang mampu menyebarkan informasi dan minat pemirsanya, dan mampu membimbing pemirsanya untuk selalu menyaksikan.
b.    Memperoleh informasi-informasi aktual yang terjadi secara cepat.
c.    Memberikan pengetahuan terhadap pemirsanya melalui tayangan yang ditampilkan.

5.    Tayangan Televisi yang Tidak Layak Ditonton
Anak dimungkinkan menonton televisi dengan berbagai acara termasuk film adegan-adegan yang tidak layak ditonton. Mereka juga masih sulit memilah-milah perilaku yang baik sesuai dengan nilai dan norma agama dan kepribadian bangsa. Adegan kekerasan / sadisme, kejahatan, konsumtif termasuk perilaku seksual di layar kaca televisi diduga kuat berpengaruh terhadappembentukan perilaku masyarakat.
Oleh karena itu benteng yang paling kuat adalah bagaimana menciptakan keluarga yang harmons. Komunikasi orang tua dan anak dituntut lancar dan berkualitas. Nilai norma dan ajaran agama dijadikan landasan hidup dalam keluarga. Dan kondisi seperti inilah yang akan menjadi benteng yang kokoh bagi anak dalam menyaring gencarnya tayangan –tayangan yang tidak layak untuk disaksikan.
 
6.    Tayangan Televisi yang Layak Ditonton
a.    Tidak menebar benih kekerasan
b.    Tidak melemahkan perkembangan kongntif anak
c.    Tidak globalisasi pornoaksi dan merebaknya fata morgana kebebasan
d.    Tidak mengajarkan pola hidup instan, malas, dan bergantung pada nasib
Menurut Meisyita Anggraini (17) “tayangan yang baik seharusnya tayangan yang mengutamakan sikap-sikap yang mendidik, mengajarkan sikap tidak pantang menyerah dan patut untuk di contoh”.



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
 
        Dengan banyaknya tayangan televisi mengakibatkan dampak bagi para siswa, tidak hanya dampak positif tapi juga dampak negatif. Saya dapat menyimpulkan bahwa dijaman yang era modern ini banyak para siswa yang belum waktunya menonton film atau sinetron (sinetron dewasa) dan juga para siswa yang dapat menambah wawasan yang lebih luas dan tidak terlalu menonton.
        Dampak positif yang dapat kita ketahui yaitu perkembangan informasi dari belahan dunia manapun secara cepat dan akurat,  namun sayangnya secara itu ditelan mentah-mentah baik benar maupun ataupun hanya sekedar isu-isu belaka.
        Dampak negatif ini sangat berpengaruh buruk bagi kehidupan, mental, serta pikiran para pelajar. Dan akibatnya banyak siswa  yang malas belajar dan yang ada dalam hayalan mereka seperti yang ada pada acara itu.
        Untuk itulah muncul sebuah pemikiran untuk mengevaluasi pengaruh media televisi terhadap pola pikir dan perilaku siswa, yang diharapkan akan timbul suatu bentuk nyata untuk meminimalisir adanyapengaruh buruk media televisi terhadap perkembangan siswa dan penulis menuangkan dalam tulisanya yang berjudul “Pengaruh Tayangan Televisi Bagi Siswa”.

B.    Saran

1.    Bagi orang tua :               
Saran saya agar orang tua dapat meningkatkan perhatian anak-anaknya yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Terutama mereka yang sedang mempunyai anak usia tiga sampai lima tahun, harus lebih perhatian dan mewaspadai tayangan yang akan ditonton oleh anak-anak.

2.    Bagi pemerintah :
Saran kami terhadap pemerintah supaya pemerintah dapat bertindak tegas terhadap perkembangan dunia film Indonesia. Terutama apabila film tersebut akan di tayangkan , pemerintah harus dapat melakukan seleksi yang ketat terhadap film tersebut, serta menentukan jam tayang khusus bagi film anak-anak.





DAFTAR PUSTAKA

http://megameydhiant.wordpress.com/2012/11/21/pengaruh-televisi-terhadap-prestasi-belajar-siswa-di-sma-negeri-1-bangsri/ diakses pada tanggal 18 Oktober 2016

http://makalahpengaruhtelevisiterhadapelajar.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal 18 Oktober 2016





-----------------------
Ernawati Ummu Ilyas
Abu Ilyas, AMK. S.Pd

MAKALAH APLIKASI MEDIA PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MAKALAH

APLIKASI MEDIA PENDIDIKAN
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Media Pengajaran
Dosen Pengampu : Iffah Mukhlishoh, M.Pd












 Oleh :

ERNAWATI
UNAIS
NIA




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM
SURAKARTA
2016
 
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

 Dalam proses belajar mengajar, kehadiran alat/media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut, ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Namun, meskipun begitu pentingnya alat/media bagi tercapainya tujuan pendidikan, masih banyak dijumpai lembaga-lembaga pendidikan yang kurang mementingkan suatu alat/media tersebut.
Terbukti banyak ditemukan kasus pendidik yang tidak mempergunakan media sesuai dengan bahan yang diajarkan contoh dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, peserta didik mengalami banyak kesulitan dalam menyerap dan memahami pelajaran yang disampaikan, pendidik kesulitan menyampaikan bahan pelajaran, banyak peserta didik yang merasa bosan terhadap pelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini dapat diidentifikasikan sebagai masalah kurangnya pemahaman pendidik dalam pengaplikasian media dalam pembelajaran tersebut.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan tentang media yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan cara pengaplikasian/penerapan media tersebut dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apa saja media yang digunakan dalam pembelajaran ?
2.    Bagaimana aplikasi media dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Media yang Digunakan dalam Pembelajaran 
 
Media pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan wadah dari pesan yang disampaikan oleh sumber atau penyalurnya yaitu pendidik, kepada sasaran atau penerima pesan, yakni peserta didik yang belajar pendidikan agama Islam. Tujuan penggunaan media pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut adalah supaya proses pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berlangsung dengan baik. Dari jenisnya, media pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan menjadi media papan tulis, media audio, media cetak, dan media elektronik.

1.    Media papan tulis

Di tengah makin banyaknya media pendidikan modern dengan berbagai kecanggihannya, seperti proyektor, televisi, ataupun komputer, kehadiran, papan tulis tetap diperlukan. Ruangan kelas tanpa papan tulis pasti akan terasa berbeda sekali, layaknya sayur tanpa garam yang terasa hambar. Begitu pentingnya keberadaan papan tulis, sehingga media yang satu ini tetap ada di ruangan-ruangan kelas sampai sekarang. Sayangnya, sering kali papan tulis yang telah menjadi ikon dari suatu kelas malah sering dibiarkan begitu saja, tidak kita manfaatkan atau mungkin kita sering memanfaatkannya namun hanya sekadar untuk kita isi dengan berbagai coretan-coretan, gambar-gambar, atau kata-kata yang justru malah semakin membingungkan siswa.

Padahal papan tulis jika kita tahu cara menggunakannya, akan sangat membantu kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Tentunya agar kehadiran papan tulis di ruangan kelas kita ini tidak sisa-sia, maka kita perlu mempelajari beberapa hal yang perlu diperhatikan cara menggunakan media papan tulis yang baik, yaitu sebagai berikut:
a.    Papan tulis diusahakan selalu bersih sebelum dipakai.
b.    Tulisan pada papan tulis hendaknya mudah dibaca.
c.    Kapur tulis dapat diruncingkan atau ditumpulkan sesuai dengan kebutuhan.
d.    Tulisan pada papan tulis hendaknya teratur dan urut, jangan meloncat-loncat agar tidak membingungkan siswa.
e.    Untuk memberikan penjelsan dalam beberapa hal, gunakan kapur berwarna.
f.    Berilah garis bawah untuk kata-kata atau istilah-istilah yang penting
g.    Usahakan pada waktu menulis sedapat mungkin tulisan yang sedang ditulis langsung dapat dilihat oleh peserta didik.

Tersedianya papan tulis dalam ruang kelas belajar sangat membantu guru dalam mengajar. Namun demikian tidak semua guru menyadari bahwa mengajar dengan papan tulis ada etikanya. Berikut ini adalah beberapa tips ketika mengajar dengan menggunakan papan tulis:
a.    Ketika anda sedang menggunakan papan tulis dalam mengajar, jangan berdiri tepat di depan papan tulis, karena hal itu akan merintangi pandangan anak-anak untuk melihat apa yang anda tulis di papan tulis. Berdirilah sedemikian rupa sehingga anda tidak menghalangi pandangan anak-anak.
b.    Gunakan kayu/tongkat penunjuk untuk menunjukkan apa yang anda tulis di papan tulis, karena itulah cara terbaik agar tubuh anda tidak menghalangi pandangan anak ketika melihat tulisan di papan tulis.
c.    Janganlah memenuhi papan dengan tulisan. Terlalu banyak tulisan mengakibatkan papan menjadi tidak menarik dan membingungkan anak-anak. Biarkan sebagian papan kosong secara proporsional, khususnya bagian bawah papan karena anak-anak yang duduk di bagian belakang tidak akan mungkin bisa melihat dengan jelas.
d.    Perhatikan agar tulisan anda cukup besar, dengan bentuk huruf yang tegak, sehingga dapat dibaca jelas. Tidak harus sempurna tetapi yang penting tulisan cukup tebal.
e.    Hapuslah tulisan yang sudah tidak diperlukan. Anak-anak tidak dapat memusatkan perhatian pada banyaknya tulisan yang bercampur aduk dengan tidak teratur.
f.    Jika anda menulis di “white board” (bukan papan tulis kayu yang berwarna hitam), dianjurkan anda memakai pena dengan tinta warna gelap (hitam biru tua), karena akan memberikan kontras yang jelas.

Tentunya agar kehadiran papan tulis di ruangan kelas kita ini tidak sisa-sia, maka kita perlu mempelajari beberapa cara menggunakan papan tulis yang baik. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan penggunaan media papan tulis.
a.    Biasakan mengawali pelajaran dengan keadaan papan tulis bersih.
b.    Topik pelajaran di bagian atas papan tulis dan biarkan untuk bisa terus dilihat oleh siswa selama mungkin, sampai pelajaran kita berakhir.
c.    Sediakan tempat yang kosong di papan tulis agar kita bisa menuliskan kata-kata kunci.
d.    Untuk beberapa mata pelajaran yang sering kali perlu menuliskan perhitungan, maka kita bisa menuliskannya di bagian sudut papan tulis.
e.    Hindarkan memenuhi papan tulis dengan terlalu banyak coretan, garis, gambar yang bisa membuat siswa bingung.
f.    Selalu berdiri di depan apa yang kita tuliskan di papan tulis, karena hal ini akan menghalangi siswa yang akan mencatat apa yang kita tuliskan.
g.    Hapuslah seluruh kata-kata, gambar, bagan di papan tulis yang memang akan kita hapus agar tidak membuat siswa kebingungan.
h.    Pada saat kita menulis di papan tulis biasakanlah untuk tidak menulis sambil berbicara, kita baru berbicara setelah kita selesai menulis.

2.    Media audio
Hubungan media audio ini dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam sangat erat. Dari sisi kognitif media audio ini dapat dipergunakan untuk mengajarkan berbagai aturan dan prinsip. Dari segi afektif media audio ini dapat menciptakan suasana pembelajaran dan segi psikomotor, media audio ini untuk mengajarkan media ketrampilan verbal.

3.    Media cetak
Hubungan media cetak ini untuk tujuan kognitif dapat berfungsi untuk menyampaikan informasi yang bersifat nyata. Untuk tujuan afektif media cetak ini dapat menunjang suatu materi dalam hubungannya dengan perubahan sikap dan tingkah laku. Untuk tujuan psikomotor media cetak ini dapat menunjukkan posisi sesuatu yang sedang terjadi dan mengajarkan berbagai langkah dan prinsip dalam proses pembelajaran.

4.    Media elektronik

Media ini diciptakan untuk menyampaikan informasi pendidikan yang dapat dimanfaatkan secara umum, baik di kalangan pendidikan maupun masyarakat secara luas. Beberapa media elektronik yang di maksud antara lain:
a.    Slide dan filmstrip
Merupakan gambar yang diproyeksikan dan dapat dilihat, serta dapat dioprasikan secara mudah. Media ini berfungsi untuk memeudahkan penyajian seperangkat materi tertentu, membangkitkan minat anak dan menjangkau semua bidang pelajaran , termasuk pendidikan agama Islam.
b.    Film
Media ini mempunyai nilai tertentu, seperti dapat melengkapi berbagai pengalaman yang dimiliki peserta didik, dapat memancing inspirasi baru, menarik perhatian, serta dapat memperlihatkan perlakuan objek yang sebenarnya.
c.    Televisi
Penggunaan media ini dapat dilakukan dengan alternatif dari melihat siaran televisi. Dengan menggunakan media ini materi pembelajaran yang diberikan dapat bersifat langsung dan nyata, jangkauannya luas, dan memungkinkan penyajian aneka ragam peristiwa.
d.    Radio
Melalui media ini peserta didik dapat mendengarkan siaran dari berbagai penjuru dan berbagai peristiwa. Media ini dapat memberikan berbagai berita yang sesuai dengan pembelajaran, menarik minat, jangkauannya luas, dapat mendorong timbulnya kreatifitas dan mempunyai nilai-nilai yang rekreatif.

B.    Aplikasi Media dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
 
Sebelum pendidik mengajarkan pokok bahasan pembelajaran terlebih dahulu harus menyiapkan dan memperhitungkan alat bantu/media apa saja yang dapat dipakai dari berbagai kegiatan pembelajaran yang mungkin dilakukannya sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan.

Dalam penerapan media pembelajaran pendidikan agama Islam harus dilakukan dengan cara yang tepat dan praktis yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Selain hal tersebut pemilihan metode mengajar yang sesuai dengan media pembelajaran juga sangat penting karena akan berdampak pada tercapainya tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran yang diterapkan oleh guru pendidikan agama Islam harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Demikian juga halnya dengan penyesuaian antara media pembelajaran yang dipakai dengan kebutuhan peserta didik yang banyak dan bermacam-macam, namun secara garis besarnya pemilihan media pembelajaran tersebut harus sesuai dengan kebutuhan kebanyakan peserta didik.

Berikut adalah penerapan media pembelajaran sesuai mata pelajaran pendidikan agama Islam:

1.    Media pembelajaran al-Qur’an dan Hadis
Pembelajaran al-Qur'an dan Hadis menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Media pembelajaran al-Qur’an dan hadis dapat menggunakan media audio, yaitu misalnya dengan menggunakan media tape recorder, peserta didik mendengarkan rekaman yang berisi ayat-ayat al-Qur’an atau hadis-hadis Nabi, sehingga peserta didik dapat mengetahui, menulis, dan melafalkan bacaan-bacaan yang didengarkannya.

2.    Media pembelajaran akhlak
Media pembelajaran akhlak mencakup nilai suatu perbuatan, sifat-sifat terpuji dan tercela menurut ajaran agama Islam, membicarakan berbagai hal yang langsung ikut mempengaruhi pembentukan sifat-sifat pada diri seseorang, maka ada beberapa media pembelajaran yang dapat membantu pencapaian pembelajaran akhlak, antara lain:    
a.    Melalui bahan bacaan atau bahan cetak.
Melalui bahan ini peserta didik akan memperoleh pengalaman dengan membaca. Yang termasuk media ini buku teks akhlak, buku teks agama pelengkap, bahan bacaan umum seperti, majalah, koran dan sebagainya.
b.    Melalui alat-alat audio visual (AVA).
Melaui media ini peserta didik akan memperoleh pengalaman secara langsung dan mendekati kenyataan, misalnya dengan alat dua atau tiga dimensi, maupun dengan alat-alat teknologi modern seperti televisi, internet, dan lain sebagainya.
c.    Melalui contoh-contoh kelakuan.
Melalui profil pendidik yang baik, dalam menyampaikan bahan pembelajaran diharapkan peserta didik bisa meniru tingkah laku pendidik, misalnya mimik, berbagai gerakan badan dan anggota badan, dramatisasi, suara dan perilaku sehari-hari.
d.    Melalui media masyarakat dan alam sekitar.
Untuk memperoleh suatu pemahaman dan pengalaman yang komprehensif, pendidik dapat membawa anak ke luar kelas untuk memperoleh pengalaman langsung dan masyarakat maupun alam sekitar.

3.    Media pembelajaran Fiqih
Media pembelajaran sebagai alat bantu penghubung (media komunikasi) dalam proses interaksi belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar harus disesuaikan dengan orientasi dan tujuan pembelajaran. Pembelajaran fiqih, media yang sering digunakan adalah media bahan cetakan seperti buku bacaan, koran, majalah, dan sebagainya. Kemudian media suara yang didengar, sebenarnya masih ada media yang bias memperjelas pemahaman peserta didik, misalnya untuk memehami jenis dan bentuk transaksi ekonomi tertentu biasa digunakan media video yang menceritakan berbagai macam transaksi ekonomi. Bahkan bisa digunakan media yang bersumber dari lingkungan, misalnya bank, pegadaian, pasar modal dan sebagainya.

4.    Media pembelajaran sejarah kebudayaan Islam
Hendaknya pendidik menyiapkan bermacam-macam alat peraga dan menggunakannya dimana perlu. Dalam menguraikan peristiwa hijrah Nabi misalnya pendidik dapat menggunakan slide atau film yang tersedia, memperdengarkan rekaman tentang drama yang sering diputar dari pemancar radio pada hari-hari besar seperti Maulid, Hijrah Nabi ataupun Isra’ Mi’raj.




BAB III
KESIMPULAN

Media pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan wadah dari pesan yang disampaikan oleh sumber atau penyalurnya yaitu pendidik, kepada sasaran atau penerima pesan, yakni peserta didik yang belajar pendidikan agama Islam.
Adapun tujuan penggunaan media pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut adalah supaya proses pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berlangsung dengan baik.
Dari jenisnya, media pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan menjadi media audio, media cetak, dan media elektronik.
Dalam penerapan media pembelajaran pendidikan agama Islam harus dilakukan dengan cara yang tepat dan praktis yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Selain hal tersebut pemilihan metode mengajar yang sesuai dengan media pembelajaran juga sangat penting karena akan berdampak pada tercapainya tujuan pembelajaran.


 
DAFTAR PUSTAKA


Chabib Thoha, dkk, 1999, Metodologi Pembelajaran Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mukhtar, 2003, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV Misaka Galiza.

Siti Nur Aisyah, Penerapan Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, dalam http://ebookbrowse.com/media-pembelajaran-alquran-hadis-mts-pdf-d282388709, di akses Sabtu, 24 September 2016 pkl. 08.15 WIB.

Zakiah Darajat, 1996, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara








---------------------
Ernawati Ummu Ilyas
Abu Ilyas, AMK. S.Pd

MAKALAH KEWAJIBAN PENDIDIK & TANGGUNG JAWAB DALAM AJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MAKALAH

KEWAJIBAN MENDIDIK DAN PENANGGUNG JAWAB

DALAM AJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Drs. Marhaban, M.Ag



 


 Oleh :

ERNAWATI


NIM : 02.1062



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM
SURAKARTA
2016



  






BAB I
PENDAHULUAN  


A.    Latar Belakang

        Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan merupakan ujung tombak majunya suatu bangsa dan Negara. Masyarakat yang lemah pendidikannya tidak akan memiliki kapabilitas yang memadai untuk memajukan bangsa dan negaranya. Sebagaimana ilustrasi bahwa lemahnya pendidikan yang mengakibatkan kebodohan, sedangkan kebodohan mengakibatkan kemiskinan. Tentu saja, kemiskinan yang ditanggung oleh bangsa dan Negara akan menyengsarakan bangsa dan Negara itu sendiri.
        Dengan pandangan di atas Islam mewajibkan seluruh umatnya untuk mencari ilmu. Karena hukum mencari ilmu itu wajib, berdosalah bagi manusia yang mengaku muslim, tetapi tidak mau mencari ilmu.
Karena dengan ilmu pendidikan Islam, umat Islam akan terhindar dari pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai sekularitas dan paham liberalisme, pendidikan Islam dibangun bukan sekedar pengguguran kewajiban tetapi sebagai cita-cita dan tujuan hidup umat Islam.


B.     Rumusan Masalah

1.    Bagaimana kewajiban mendidik dalam ajaran pendidikan Islam?
2.    Siapa saja penanggung jawab pendidikan Islam menurut ajaran pendidikan Islam?
3.    Apa saja syarat-syarat pendidik dalam pendidikan Islam ?




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Kewajiban Mendidik dalam Ajaran Pendidikan Islam

        Mencari ilmu dan membangun lembaga pendidikan merupakan kewajiban, ajaran Islam pun mewajibkan kepada umatnya untuk mendidik. Kewajiban mendidik diarahkan pada ruang lingkup obyek pendidikan yang jelas, yaitu :
1.    Pendidikan dalam keluarga
2.    Pendidikan di sekolah
3.    Pendidikan di lingkungan masyarakat
        Pada hakekatnya, tanggung jawab pendidikan itu adalah tanggung jawab yang besar dan penting. Sebab, pada tatanan operasionalnya pendidikan merupakan pemberian bimbingan, pertolongan dan bantuan dari orang dewasa atau orang yang bertanggung jawab atas pendidikan kepada anak yang belum dewasa. Dewasa dari segi rohaniah dan jasmaniah di dalam ketakwaan kepada Allah Subhanahu wata’ala, yang ditampilkan berupa tanggung jawab atas semua sikap dan tingkah lakunya pada diri sendiri, masyarakat dan pada Allah Subhanahu wata’ala.
        Ilmu pendidikan Islam telah menunjukkan pada tataran konseptual proses pendidikan dalam keluarga sebagai realisasi tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya, antara lain adalah aspek-aspek pendidik (Islam) yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anaknya. Aspek-aspek tersebut adalah aspek pendidikan ibadah, pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Al-Quran, aspek pendidikan akhlak karimah, dan aspek pendidikan akidah Islamiah.
        Ditegaskan pula oleh Hadari Nawawi bahwa pokok-pokok pendidikan Islam dalam keluarga adalah membantu anak-anak memahami posisi dan perannya masing-masing, membantu anak-anak mengenal dan memahami norma-norma Islam agar mampu melaksanakannya untuk memperoleh ridho Allah Subhanahu wata’ala (Hadari Nawawi, 1993:160).
        Pendidikan ibadah, contohnya shalat tidak terbatas tentang kaifiyat untuk menjalankan shalat yang lebih bersifat fiqhiyah, melainkan termasuk menanamkan nilai-nilai dibalik ibadah shalat. Mereka harus mampu tampil sebagai pelopor amar makruf nahi mungkar serta jiwa yang terpuji menjadi orang yang sabar.

        Aspek berikutnya dalam pendidikan Islam pada keluarga adalah pendidikan aqidah Islamiyah. Awidah adalah inti dari dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak secara dini. Anak terus-menerus digembleng agar ia memahami Dzat Allah yang Maha Esa dan sifat-sifatnya. Yang pertama ditekankan kepada anak adalah kehidupan yang rukun dalam rumah tangga. Orang tua memberi contoh dan teladan kepada anak dengan mengajak mereka melaksanakan shalat berjamaah, berlatih melakukan puasa Ramadhan dan berbagai kegiatan yang menciptakan watak dan kebiasaan anak dengan perbuatan yang baik menurut tuntunan agama, terutama ketauhidannya yang bulat dan utuh.
        Sebagaimana nasihat Luqman kepada anaknya (dalam Surat Luqman : 12-14) terdiri dari beberapa bagian penting, yaitu :
  1. Melarang anaknya berbuat syirik kepada Allah karena syirik merupakan perbuatan yang zalim.
  2. Menyuruh anaknya berbuat baik kepada kedua orang tua yang telah mengandung dan melahirkannya dengan susah payah.
  3. Berterima kasih kepada Allah dan kedua orang tua.
  4. Tidak mengikuti ajakan orang tua untuk berbuat syirik, tetap berbuat baik kepada orang tua.
  5. Bergaul dengan orang-orang yang selalu mengikuti jalan Allah.
  6. Mendirikan shalat dan berbuat kebajikan dan menghindarkan diri dari kemungkaran.
  7. Bersabar terhadap musibah yang dialami.
  8. Berharap kepada Allah bahwa semua kebajikan akan diganti dengan nikmat yang luar biasa dari Allah.
         Kewajiban mendidik ditekankan pula kepada para pendidik di lembaga pendidikan formal maupun non formal. Guru mendidik anak didiknya agar mengerti dan memahami mata pelajaran, mendidik dan member contoh perilaku yang patutu diteladani oleh anak didiknya.
        Anak didik bagian dari pendidikan, kewajibannya mencari ilmu, konsentrasi dalam belajar, berperilaku sopan dan santun kepada pendidik dan teman-temannya, serta mengerjakan semua tugas yang diberikan pendidik kepada dirinya.


B.     Penanggung Jawab Pendidikan Islam menurut Ajaran Pendidkan Islam 


Penanggung jawab pendidikan Islam menurut ajaran islam ialah sebagai berikut :
  1. Seluruh manusia bertanggung jawab untuk mendidik dirinya sendiri karena ajaran Islam menekankan tanggung jawab sendiri-sendiri dalam menghadapi masalah.
  2. Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya dalam keluarga. Tanggung jawab itu dipikul karena semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah maka bergantung kepada porang tuanya apakah anaknya mau dimajusikan, mau diyahudikan atau dinasranikan atau tetap dalam kefitrahannya yakni menjadi manusia yang muslim dan berserah diri kepada Allah. Tanggung jawab orang tua bukan hanya dalam mendidik, melainkan membiayai pendidikan, mencukupi literature bagi anak-anaknya, memberikan kebutuhan sekolahnya dan mengajarinya di rumah sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
  3. Pemerintah karena memperoleh pendidikan merupakan hak rakyat yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah atau Negara berkewajiban meringankan biaya pendidikan agar semua masyarakat dapat menjangkau pendidikan dengan biaya yang murah.
  4. Para guru di sekolah
  5. Seluruh anggota masyarakat, semua warga masyarakat berkewajiban mendukung wajib belajar Sembilan tahun.
        Tanggung jawab terbesar pendidikan Islam menurut ajaran Islam dipikul oleh orang tua anak karena orang tualah yang menentukan pola pembinaan pertama bagi anak.
Tanggung jawab orang tua terhadap anak tercermin dalam surat Luqman   ayat 12 yang intinya memberikan hikmah sebagai berikut :
1.    Memberikan kesadaran kepada orang tua bahwa anak-anak adalah amanah.
2.    Anak-anak adalah ujian yang berat dari Allah Subhanahu wata’ala dan orang tua jangan berkhianat.
3.    Pendidikan anak harus diutamakan
4.    Mendidik anak harus menggunakan strategi dan kiat-kiat yang dapat diterima oleh akal anak.

5.    Orang tua tidak memaksanakan kehendaknya sendiri kepada anak
6.    Menjaga anak untuk tetap menunaikan shalat dan berbuat kebajikan.

        Dengan memperhatikan tanggung jawab pendidikan dari orang tua terhadap anak-anaknya, dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah pendidik anak-anak dan anak adalah amanah dari Allah.
Orang tua berfungsi sebagai pendidik kepada anak-anaknya, sedangkan anak-anak adalah titipan Allah atau amanah yang diberikan kepada orang tua. Sebagai titipan Allah, anak merupakan anugerah sekaligus ujian. Anak dirasakan sebagai anugerah oleh orang tuanya terlihat dari kasih saying yang diberikan kepadanya sebab anak adalah pelanjut hidup dari penyambung keturunan. Kasih sayang orang tua kepada anak termasuk naluri asli manusia, bahkan naluri dari seluruh yang bernyawa.
        Orang tua merasa bahagia kalau anaki sudah besar dan memenuhi harapan, yakni ketika anak menjadi dewasa dan saleh sehingga anak mampu mendoakan orang tuanya untuk kebaikan dunia akhirat. Kebahagiaan orang tua tersebut tidak hanya disebabkan oleh anugerah akhlak saleh, tetapi juga disebabkan oleh kemampuan orang tua itu menjalankan amanah untuk mendidik anaknya.


C.    Syarat-syarat Pendidik dalam Pendidikan Islam
 
        Pendidik adalah profil manusia yang setiap hari didengar perkataannya, dilihat dan mungkin ditiru perilakunya oleh murid-muridnya di sekolah. Oleh karena itu seorang pendidik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.    Beriman kepada Allah dan beramal saleh
2.    Menjalankan ibadah dengan taat
3.    Memiliki sikap pengabdian yang tinggi pada dunia pendidikan
4.    Ikhlas dalam menjalankan tugas pendidikan
5.    Menguasai ilmu yang diajarkan kepada anak didiknya
6.    Professional dalam menjalankan tugasnya
7.    Tegas dan berwibawa dalam menghadapi masalah yang dialami murid-muridnya

        Agar anak didiknya tidak jenih mendengarkan atau memperhatikan para pendidik yang sedang mengajar, syarat-syarat bagi para pendidik yang cukup penting dalam menunjang pendidikan dan pengajaran adalah sebagai berikut :
1.    Selalu berbicara dengan bahasa yang santun
2.    Selalu mendengarkan pendapat anak didiknya
3.    Mengarahkan dan mengembangkan minat serta bakat anak didiknya
4.    Berpakaian yang rapid an sopan dalam melakukan tugasnya
5.    Selalu dating tepat waktu
6.    Tidak tidur atau menguap di dalam kelas
7.    Menyelesaikan jam pelajaran tanpa mengurangi dan menambahi
8.    Sabar dalam menghadapi kenakalan anak didiknya
9.    Memahami perkembangan mentalitas atau emosionalitas anak didiknya karna perkembangan tersebut akan mempengaruhi cara belajar anak didiknya.

        Para pendidik sepantasnya merupakan manusia pilihan, yang bukan hanya memiliki kelebihan ilmu pengetahuan, melainkan juga memiliki tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.
        Ilmu pengetahuan adalam amanah Allah, yang harus disampaikan maka syarat bagi pendidik menurut ajaran Al-Quran ialah menyampaikan amanah tersebut. Para pendidik harus menguasai ilmu dalam mengajar anak didiknya, dengan cara yang professional, sabar dan tertuju pada pencapaian kebaikan di dunia dan akhirat.



BAB III
KESIMPULAN

        Pendidikan merupakan pemberian bimbingan, pertolongan dan bantuan dari orang dewasa atau orang yang bertanggung jawab atas pendidikan kepada anak yang belum dewasa. Dewasa dari segi rohaniah dan jasmaniah di dalam ketakwaan kepada Allah Subhanahu wata’ala, yang ditampilkan berupa tanggung jawab atas semua sikap dan tingkah lakunya pada diri sendiri, masyarakat dan pada Allah Subhanahu wata’ala.
Kewajiban mendidik diarahkan pada ruang lingkup obyek pendidikan yang jelas, yaitu : pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah dan pendidikan di lingkungan masyarakat.
        Penanggung jawab pendidikan Islam menurut ajaran islam ialah seluruh manusia, orang tua, pemerintah, para guru di sekolah, dan seluruh anggota masyarakat. Dan tanggung jawab terbesar pendidikan Islam menurut ajaran Islam dipikul oleh orang tua anak karena orang tualah yang menentukan pola pembinaan pertama bagi anak.
        Para pendidik sepantasnya merupakan manusia pilihan, yang bukan hanya memiliki kelebihan ilmu pengetahuan, melainkan juga memiliki tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.
        Ilmu pengetahuan adalah amanah Allah, yang harus disampaikan maka syarat bagi pendidik menurut ajaran Al-Quran ialah menyampaikan amanah tersebut. Para pendidik harus menguasai ilmu dalam mengajar anak didiknya, dengan cara yang professional, sabar dan tertuju pada pencapaian kebaikan di dunia dan akhirat.




DAFTAR PUSTAKA

Beni Ahmad & Hendra Akhdiyat, 2012, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, CV. Pustaka Setia

--------------------------

- Ummu Ilyas Ernawati
- Abu Ilyas, AMK. S.Pd

 
Copyright © 2014 Abu iLyas, AMK. S.Pd. M.Si. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger